hadits arbain tentang iman
TakhrijHadits: Imam Muslim dalam Shahihnya No. 38; Imam An Nasa'i dalam As Sunan Al Kubra 11489; Imam Ibnu Hibban dalam Shahihnya No. Imam Al Baihaqi dalam Syu'abul Iman , 4921, 4923; Imam Ahmad dalam Musnadnya No. 15454, 15455, 19450; Imam Al Baghawi dalam Syarhus Sunnah 16; Imam Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf 679
ArbainAn Nawawi pada kitab shahihnya, juga Imam Muslim telah meriwayatkan hadits ini pada akhir bab Jihad. Hadits ke-1 - Hadis Arbain Hadits Arbain Ke 1 Tentang Niat dan Ikhlas; Hadits Arbain Ke 2 Teman Iman, Islam dan Ihsan; Hadits Arbain Ke 3 Tentang Rukun Islam; Hadits Arbain Nawawi Ke 4 Tentang Takdir Manusia Telah DItetapkan
MemeliharaKebersihan adalah Suatu Kebaikan. Hadits diterima dari Abu Darda, yang artinya: "Barangsiapa yang membuang dari jalan umat Islam sesuatu yang mengganggu mereka, maka akan dicatat oleh Allah perbuatan itu kebaikan dan barangsiapa yang dicatat kebaikannya oleh Allah, maka akan dimasukan ke dalam surga".
Seorangmu'min dengan mu'min yang lainnya bagaikan satu jiwa, jika dia mencintai saudaranya maka seakan-akan dia mencintai dirinya sendiri. 2. Menjauhkan perbuatan hasad (dengki) dan bahwa hal tersebut bertentangan dengan kesempurnaan iman. 3. Iman dapat bertambah dan berkurang, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.
Nabishallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "(Iman itu adalah) Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir serta engkau beriman kepada takdir baik dan buruk." Ia berkata: 'Engkau benar.' Kemudian laki-laki tersebut bertanya lagi: 'Jelaskan kepadaku tentang ihsan?'
những bài văn tả mẹ lớp 7 hay nhất. Berikut adalah hadits kedua dari kitab hadits arbain nawawi, hadits yang menjelaskan bahwa tentang rukun iman, rukun islam dan ihsan. Mempelajari hadits ini akan meningkatkan wawasan dan pengetahuan kita tentang Rukun Islam, Rukun Iman dan Ihsan. serta menjadikan diri kita mempunyai akhlaq yang sempurnaعَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللّهُ عَنْهُ اَيْضًا قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللّهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ اِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لَايُرَى عَلَيْهِ اَثَرُ السَّفَرِ، وَلَايَعْرِفُهُ مِنَّا احَدٌ, حَتَّى جَلَسَ اِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيهِ وَوَضَعَ كفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ يَامُحَمَّدٌ اَخْبِرْنِي عَنِ الْاِسْلَامِ , فَقَالَ رَسُوْلُ اللّهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وسَلَّمَ الْإِسْلَامُ اَنْ تَشْهَدَ اَنْ لَااِلَهَ إِلَّااللّهُ وَاَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللّهِ وَ تُقِيْمَ الصَّلَاةَ وَ تُؤْتِيَ الزَّكَاةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ اِنِ اسْتَطَعْتَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا قَالَ صَدَقْتَ. فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ , قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ الْإِيْمَانِ قَالَ اَنْتُؤْمِنَ بِاللّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَ الْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ قَالَ فَأَخْبِرْنِى عَنِ الْإِحْسَانِ، قَالَ اَنْ تَعْبُدَ اللّهَ كَاَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ, قَالَ فَأَخْبِرْنِى عَنِ السّاعَةِ،قَالَ مَا الْمَ سْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِى عَنْ اَمَارَاتِهَا, قَالَ اَنْ تَلِدَ الْأَمَةُ رَبَّتَهَا وَاَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِى الْبُنْيَانِ، ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ يَا عُمَرَ أَتَدرِى مَنِ السَّائِل؟ قُلْتُ ، اللّهُ وَرَسُوْلُه اَعْلَمَ. قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ اَتَاكُمْ يُعَلّمُكُمْ دِيْنَكُمْ رواه مسلمTulisan Latin An Umaro rodhiyallahu anhu aidhon qola bainama nakhnu juluusun inda rosulillahi shollallahu alaihi wa sallama dzata yaumin idz thola’a alaina rojulun syadiidu bayaadhits tsiyaabi syadidu sawadi SsSya’ri, laa yuro alaihi atsaru ssafar, wa la ya’rifuhu minna akhadun, khatta jalasa ilannabiyyi shollallahu alaihi wasallama fa asnada rukbataihi wawadho’a kaffaihi ala fakhidzaihi wa qo la ya muhammadun akhbirni anil islami, faqola rosululullahi shollallahu alaihi wasallama alislaamu an tasyhada an laa ilaha illallahu wa anna muhammadan rosulullahi wa tuqiimash sholaata wa tu’tiyaz zakaata wa tashuma romadhona wa takhujjal baita inis tatho’ta ilaihi sabila , qola shodaqta, fa’ajibna lahu yasaluhu wa yushoddiquhu, qola fa akhbirni anil imani qo la antu’mina billahi wa malaaikatihi wa kutubihi wa rusulihi wal yaumil akhiri wa tu’mina bil qodari khoirihi wa syarrihi, qola shodaqta, qola fa akhbirni anil ikhsaan , qola anta’budallaha ka annaka taroohu fainlam takun taraohu fainnahu waroka, qola fa akhbirniy anis sa’ati, qola malmasuulu anha bia’lama minas saaili, qola faakhbirni an amaarotiha, qola an talidal amatu robbataha wa an tarol khufata urotal alata ri’aa sysyaao yatathowaluna fil bunyani, tsumman tholaqo falabistu maliyyan, tsumma qola ya umaro atadriy manis saili, qultu allahu wa rosuluhu a’lama, qola fainnahu jibrilu atakum yu’allimukum dinakum rowahu muslim Artinya Dari Umar Rodhiyallahu Anhu juga dia berkata ketika kami duduk di sisi rosulullah SAW suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan yang sangat jauh dan tidak ada diantara seorangpun diantara kami yang mengenalnya . hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan keuda lutut kepada lututnya Rosulullah SAW seraya berkata. “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam.?” Maka bersabdalah Rosulullah SAW, “Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah tuhan yang disembah selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Engkau mendirikan sholat, menunaikan zakat, puasa romadhon pergi haji jika mampu.” Kemudian dia berkata anda benar. “Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda, “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudia dia berkata, “ anda benar“. Kemudian dia berkata lagi “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda, “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seaka-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata, “ Beritahukan aku tentang hari kiamat kapan kejadiannya”. Beliau bersabda,“ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya ". Dia berkata,“ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda, “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin lagi penggembala domba, kemudian berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam bertanya,“ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. Aku berkata,“ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda,“ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian bermaksud mengajarkan agama kalian “. Riwayat Muslim Berikut empat isi atau kandungan hadist riwayat muslim di atas yang merupakan hadits kedua dari kitab arbain nawawiRukun islam ada 5, yaitu bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, Nabi Muhammad Rosul Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat dan pergi haji jika mampuRukun Iman ada 6, yaitu 1. beriman kepada Allah, 2. beriman kepada malaikat Allah, 3. beriman kepada kitab-kitab Allah, 4. beriman kepada rasul-rasul Allah, 5. Beriman kepada hari akhir, 6. beriman kepada takdir yang baik maupun yang burukIhsan adalah kita beribadah kepada Allah seakan-akan kita melihatnya, jika kita tidak melihatnya maka Allah melihat tanda hari kiamat adalah banyaknya pembangkangan terhadap kedua orang tua. Sehingga anak-anak memperlakukan kedua orang tuanya sebagaimana seorang tuan memperlakukan hamba-sahayanya.
Kali ini kita melanjutkan lagi pembahasan hadits Jibril, hadits kedua dari Hadits Arbain An-Nawawiyah karya Imam Nawawi rahimahullah. Sebelumnya yang dikali adalah perihal rukum Islam. Kali ini yang dikaji adalah perihal rukun iman. Lanjutan dari hadits Umar bin Al-Khathab radhiyallahu anhu, وَقاَلَ يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنِ الإِسْلاَمِ ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الإِسْلَامُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ ، وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ ، وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ ، وَتَحُجَّ البَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً . Selanjutnya ia berkata, “Hai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam.” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Islam itu engkau bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Allah, engkau mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu melakukannya.” قَالَ صَدَقْتَ فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ الإِيْمَانِ قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ Orang itu berkata, “Engkau benar.” Kami pun heran, ia bertanya lalu membenarkannya. Orang itu berkata lagi, “Beritahukan kepadaku tentang Iman.” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Engkau beriman kepada Allah, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada para rasul-Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” Orang tadi berkata, “Engkau benar.” HR. Muslim, no. 8 Pelajaran Bagian Kedua dari Hadits 02 Hadits ini menunjukkan keutamaan Islam. Dan sepatutnya apa yang pertama kali ditanyakan oleh seseorang adalah tentang Islam. Oleh karena itu, ketika Nabi shallallahu alaihi wa sallam hendak mengirim para utusan untuk berdakwah kepada Allah, beliau memerintahkan mereka untuk memulai dakwah tersebut dengan persaksian “Laa ilaha illallah wa anna Muhammadar Rasulullah”, tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Rukun Islam itu ada lima sebagaimana disebutkan dalam hadits ini, dan dikuatkan pula dengan hadits Ibnu Umar radhiyallahu anhuma pada hadits nomor ketiga dari kumpulan hadits Al-Arba’in An-Nawawiyah. Keutamaan shalat, dan bahwa shalat didahulukan sebelum rukun-rukun lainnya setelah dua kalimat syahadat syahadatain. Anjuran untuk mendirikan shalat dan melaksanakannya istiqamah terus menerus, dan shalat termasuk salah satu rukun Islam. Menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan dan melaksanakan ibadah haji ke Baitullah termasuk rukun Islam. Perpindahan dari perkara lebih rendah ke perkara yang lebih tinggi yaitu dari Islam ke Iman. Semua orang bisa berislam dengan melakukan amalan lahiriyah sebagaimana yang disebutkan dalam ayat yang artinya, “Orang-orang Arab Badui itu berkata, Kami telah beriman.’ Katakanlah kepada mereka, Kamu belum beriman, tetapi katakanlah Kami telah tunduk berislam.’” QS. Al-Hujurat 14. Adapun iman adalah perkara batin dalam hati. Islam dan Iman masuk dalam istilah para ulama, “Idzajtama’a iftaroqo, wa idza iftaraqa ijtama’a”, jika kedua kata tersebut disebutkan berbarengan, maknanya berbeda; namun jika kedua tersebut disebutkan secara terpisah, maka maknanya sama. Jika Islam dan Iman disebutkan bersamaan, maka yang dimaksud Islam adalah amalan lahiriyah sedangkan Iman adalah amalan batin berupa keyakinan-keyakinan hati. Rukun iman itu ada enam. Keenam rukun iman ini jika dijalankan dengan benar, maka akan mewariskan kepada pemiliknya kekuatan untuk memohon dalam melaksanakan ketaatan dan rasa takut kepada Allah. Barangsiapa mengingkari salah satu dari rukun iman, ia telah kafir, karena ia telah mendustakan apa yang telah dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Kita harus menetapkan adanya malaikat dan wajibnya beriman kepada para malaikat. Malaikat itu berbentuk jasad. Contohnya saja malaikat Jibril dalam wujud aslinya memiliki 600 sayap yang menutupi ufuk. Keliru jika mengatakan bahwa malaikat hanya berupa ruh saja, tidak memiliki jasad. Keliru juga jika mengatakan bahwa malaikat adalah kiasan untuk kekuatan kebaikan yang ada dalam diri manusia, sedangkan setan adalah kiasan untuk kekuatan kejahatan. Kita harus beriman kepada seluruh Rasul. Jika seseorang beriman kepada Rasulnya saja dan mengingkari Rasul selainnya, maka berarti ia belum beriman kepada Rasulnya, bahkan dia termasuk orang kafir. Kita harus beriman pada hari Akhir yang disebut hari kiamat, di mana manusia dibangkitkan dari kubur mereka untuk dilakukannya hisab perhitungan dan diberi balasan, yang berakhir dengan tinggalnya penduduk surga di tempat mereka dan juga penduduk neraka di tempatnya. Wajib kita beriman pada takdir yang baik dan yang buruk. Takdir itu tidak berisi sesuatu yang buruk, yang buruk hanya pada yang telah ditakdirkan maqdur. Penjelasan hal ini adalah bahwa perkara takdir yang berkaitan dengan perbuatan Allah seluruhnya baik. Mengapa Allah menakdirkan kejelekan? Karena ada hikmah di balik itu seperti 1 agar kebaikan dapat dikenal; 2 supaya manusia menyandarkan diri pada Allah; 3 supaya manusia bertaubat kepada-Nya setelah ia berbuat dosa; 4 banyak meminta perlindungan kepada Allah dari keburukan dengan berdzikir dan berdoa; 5 ada maslahat besar di balik kesulitan atau musibah yang menimpa. Keburukan disandarkan pada makhluk, bukan disandarkan pada Allah. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Kejelekan tidaklah disandarkan kepada-Mu.” HR. Muslim Kita tidak boleh menjadikan qadha dan qadar Allah sebagai alasan untuk meninggalkan perintah dan melakukan larangan-Nya. Allah telah memiliki hujjah atas kita melalui kitab-kitab yang diturunkan dan rasul yang diutusnya. Dalam ayat disebutkan yang artiya, “Allah tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai.” QS. Al-Anbiya’ 23 Allah tidaklah memaksa seorang pun untuk mengerjakan kemaksiatan atau meninggalkan ketaatan, manusia tetap punya pilihan. Ada dua macam iradah kehendak, yaitu iradah kauniyyah dan iradah syar’iyyah. Iradah kauniyyah adalah iradah yang semakna dengan masyiah kehendak yang pasti terjadi. Iradah syar’iyyah adalah iradah yang semakna dengan mahabbah kecintaan. Iradah kauniyyah itu pasti terjadi namun belum tentu Allah cintai. Sedangkan iradah syari’iyah itu kehendak Allah yang Dia cintai tetapi tidak mesti terjadi. Contoh, berimannya Abu Bakar Ash-Shiddiq terdapat di dalamnya iradah kauniyyah karena hal itu terjadi dan terdapat pula iradah syar’iyah karena beriman itu dicintai Allah. Sedangkan kafirnya Fir’aun terjadi secara iradah kauniyyah, namun tidak dicintai oleh Allah. Semoga bermanfaat. Bersambung insya Allah pada rincian rukun Iman. Referensi Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyah. Cetakan ketiga, Tahun 1425 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Penerbit Dar Ats-Tsuraya. Syarh Lum’ah Al-I’tiqad. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Penerbit Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah. — Disusun di Pesantren Darush Sholihin, Jumat siang, 14 Shafar 1439 H Oleh Muhammad Abduh Tuasikal Artikel
Kali ini melanjutkan rincian dari rukun iman secara singkat. Lanjutan dari hadits Umar bin Al-Khathab radhiyallahu anhu, قَالَ صَدَقْتَ فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ الإِيْمَانِ قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ Orang itu berkata, “Engkau benar.” Kami pun heran, ia bertanya lalu membenarkannya. Orang itu berkata lagi, “Beritahukan kepadaku tentang Iman.” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Engkau beriman kepada Allah, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada para rasul-Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” Orang tadi berkata, “Engkau benar.” HR. Muslim, no. 8 Cakupan Beriman Kepada Allah Beriman kepada Allah mencakup empat hal Beriman kepada wujud Allah. Barangsiapa mengingkari keberadaan Allah, maka dia bukan orang yang beriman. Namun tidak mungkin ada orang yang mengingkari wujud Allah Ta’ala sampai pun Fir’aun sebagaimana Nabi Musa pernah berkata padanya yang artinya, “Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tidak ada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Rabb yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata.” QS. Israa’ 102 Beriman kepada rububiyah Allah yaitu meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya Rabb sebagai Pencipta, Pemberi Rezeki, Pemilik dan Pengatur alam semesta. Beriman kepada uluhiyah Allah yaitu meyakini bahwa Allah satu-satunya yang berhak diibadahi, segala ibadah hanya boleh ditujukan pada Allah. Beriman kepada nama dan sifat Allah yang menetapkan apa yang ditetapkan-Nya untuk diri-Nya dalam Al-Qur’an dan dalam sunnah Rasul-Nya dengan penetapan yang layak bagi Allah tanpa melakukan tahrif penyelewengan, ta’thil penolakan, takyif menyatakan hakikat, dan tamtsil memisalkan dengan makhluk. Cakupan Beriman Kepada Malaikat Malaikat adalah makhluk ghaib. Malaikat diciptakan dari cahaya. Malaikat tidaklah makan dan minum. Malaikat merupakan makhluk yang padat tanpa berongga. Malaikat itu bergolong-golongan, dan tugas mereka pun bermacam-macam sesuai dengan hikmah Allah. Beriman kepada malaikat mencakup beberapa perkara Beriman pada nama-nama mereka yang kita ketahui dan yang tidak kita ketahui. Ada malaikat yang memiliki nama dan tugas tertentu Jibril ditugaskan menyampaikan wahyu kepada para Rasul-Nya yang turun dari sisi Allah. Mikail ditugaskan mengurus hujan dan tumbuhan bumi. Israfil ditugaskan meniup sangkakala. Malik yaitu malaikat penjaga neraka. Ridwan yaitu malaikat penjaga surga. Munkar dan Nakir yang bertugas menanyai mayit dalam kubur. Malaikat maut yang bertugas mencabut nyawa. Penyebutan dengan Izra’il tidak memiliki dalil pendukung dari Al-Qur’an dan hadits yang shahih. Malaikat yang bertugas mencatat setiap amal perbuatan manusia, sifatnya adalah raqib selalu mengawasi dan atid selalu hadir. Malaikat yang bertugas berkeliling ke majelis ilmu dan majelis dzikir. Malaikat yang bertugas menemui orang beriman pada hari kiamat. Malaikat yang bertugas memberi perhormatan pada penduduk surga. Malaikat yang bertugas mengaminkan orang yang berdoa pada saudaranya di saat saudaranya tidak mengetahuinya. Malaikat yang bertugas mendoakan di pagi hari bagi yang rajin bersedekah mengeluarkan nafkah dan doa jelek bagi yang malas. Harut dan Marut dalam kisah Sulaiman seperti disebut dalam surah Al-Baqarah ayat 102. Cakupan Beriman Kepada Kitab Allah Beriman kepada kitab Allah mencakup beberapa perkara Mengimani bahwa Allah Ta’ala telah menurunkan kitab-kitab-Nya kepada setiap Rasul, dan kitab-kitab itu berasal dari sisi Allah. Tetapi kita tidak mengimani bahwa kitab-kitab selain Al-Qur’an yang ada pada umat-umat sekarang berasal dari Allah karena telah terjadi penyimpangan dan perubahan. Mengimani kebenaran pemberitaan di dalamnya, seperti kabar-kabar Al-Qur’an dan kabar-kabar yang ada pada semua kitab terdahulu yang belum dirubah atau diselewengkan. Mengimani hukum-hukum yang terdapat dalam semua kitab terdahulu yang tidak bertentangan dengan syariat Islam. Jadi syariat terdahulu yang tidak bertentangan dengan syariat kita merupakan syariat kita juga. Kita mengimani nama-nama seluruh kitab yang telah kita ketahui seperti Al-Qur’an, Taurat, Injil, Zabur serta Shuhuf lembaran Ibrahim dan Musa. Al-Qur’an adalah penyempurna dan penghapus kitab-kitab sebelumnya yang pernah ada. Al-Qur’an adalah kalamullah firman Allah. Diturukan oleh Allah lewat Ruhul Amin Jibril kemudian ditanamkan dalam hati sayyidul mursalin Nabi Muhammad dengan bahasa Arab yang terang. Al-Qur’an diturunkan dari Allah dan bukan makhluk. Cakupan Beriman Kepada Rasul Nabi adalah seseorang yang diberi wahyu berupa syari’at dan diperintahkan untuk mengamalkannya, tetapi tidak diperintahkan untuk mendakwahkannya. Sedangkan Rasul diutus untuk menyampaikan risalah yang bertentangan dengan kondisi umatnya. Beriman kepada Rasul mencakup beberapa perkara Beriman pada seluruh rasul tidak membeda-bedakannya karena Rasul adalah penyampai wahyu dari Allah pada hamba. Mengufuri sebagian Rasul sama seperti mengufuri lainnya. Beriman pada Nabi pertama adalah Adam dan Rasul pertama adalah Nuh. Meyakini ada rasul yang paling utama adalah dari kalangan ulul azmi yaitu Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad. Ajaran para rasul itu sama yaitu menyerukan untuk mentauhidkan Allah dan meninhggalkan kesyirikan walaupun syariatnya berbeda-beda. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam adalah penutup para Rasul, tidak ada lagi nabi setelah beliau. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam itulah yang wajib diikuti untuk saat ini. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam adalah penghulu para Rasul rasul yang paling utama, penerima syafa’atul uzma maqomam mahmuda, menjadi pemegang kunci pintu surga pertama kali dan umat Muhammad yang pertama kali masuk surga. Cakupan Beriman Kepada Hari Akhir Beriman kepada hari akhir mencakup beberapa hal Beriman bahwa kiamat akan terjadi dan beriman pada kejadian-kejadiannya seperti manusia akan melihat Allah kelak di akhirat. Beriman kepada setiap apa yang Allah sebutkan dalam kitab-Nya dan apa yang telah shahih dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam dari perkara-perkara yang akan terjadi pada hari kiamat seperti manusia akan dikumpulkan dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak disunat, buhman sama sekali tidak membawa harta apa pun. Beriman kepada nikmat dan siksa kubur. Beriman kepada tanda-tanda hari kiamat seperti munculnya Dajjal, datangnya Imam Mahdi, turunnya Nabi Isa bin Maryam, keluarnya Ya’juj dan Ma’juj, keluarnya dabbah binatang, dan terbitnya matahari dari arah tenggelamnya. Beriman kepada peniupan sangkakala, syafa’at, hisab, mizan timbangan, pembagian catatan amal, al-haudh telaga, ash-shirath titian, surga dan neraka, juga penyembelihan al-maut. Cakupan Beriman Kepada Takdir Beriman kepada takdir mencakup beriman pada empat perkara Al-Ilmu ilmu yaitu mengimani bahwa Allah mengetahui segala yang terjadi di alam ini, baik secara global maupun secara terperinci, baik kaitannya dengan perbuatan Allah maupun perbuatan hamba; Al-Kitabah pencatatan yaitu segala sesuatu telah dicatat oleh Allah; Al-Masyi’ah kehendak yaitu apa yang telah Allah kehendaki pasti terjadi, yang tidak Allah kehendaki tidak akan terjadi; Al-Kholq penciptaan yaitu segala yang ada di alam ini adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah Ta’ala, ada yang hasil perbuatan Allah seperti turunnya hujan, tumbuhnya tanaman dan ada yang merupakan perbuatan hamba. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.” QS. Ash-Shaaffaat 96 Semoga bermanfaat. Masih berlanjut pada penjelasan hadits Jibril selanjutnya. Referensi Alam Al-Malaikah Al-Abrar. Cetakan Tahun 1425 H. Prof. Dr. Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar. Penerbit Dar An-Nafais. Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyah. Cetakan ketiga, Tahun 1425 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Penerbit Dar Ats-Tsuraya. Syarh Lum’ah Al-I’tiqad. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Penerbit Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah. — Disusun di Pesantren Darush Sholihin, Jumat siang, 14 Shafar 1439 H Oleh Muhammad Abduh Tuasikal Artikel
Hadits Arbain Ke 2 – Pengertian Islam, Iman dan Ihsan merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Anas Burhanuddin, dalam pembahasan Al-Arba’in An-Nawawiyah الأربعون النووية atau kitab Hadits Arbain Nawawi Karya Imam Nawawi rahimahullahu ta’ala. Kajian ini disampaikan pada 29 Muharram 1440 H / 09 Oktober 2018 M. Status Program Kajian Kitab Hadits Arbain Nawawi Status program kajian Hadits Arbain Nawawi AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap Selasa sore pekan ke-2 dan pekan ke-4, pukul 1630 - 1800 WIB. Download juga kajian sebelumnya Hadits Arbain Ke 1 – Innamal A’malu Binniyat Ceramah Agama Islam Tentang Hadits Arbain Ke 2 – Pengertian Islam, Iman dan Ihsan Kajian kali ini membahas hadits arbain ke 2. Yaitu hadits tentang Islam, iman dan ihsan yang juga diriwayatkan oleh Umar bin Al-Khattab radhiyallahu anhu. Dalam hadits ini beliau mengatakan بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ, لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ, حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم, فأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ, وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ, وَ قَالَ يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِسْلاَمِ, فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم اَلإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَإِ لَهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ, وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ, وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ, وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ, وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً. قَالَ صَدَقْتُ. فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْئَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ. قَالَ فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ, قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ, وَمَلاَئِكَتِهِ, وَكُتُبِهِ, وَرُسُلِهِ, وَالْيَوْمِ الآخِرِ, وَ تُؤْمِنَ بِالْقَدْرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ. قَالَ فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِحْسَانِ, قَالَ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ. قَالَ فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ السَّاعَةِ قَالَ مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِيْ عَنْ أَمَارَاتِهَا, قَالَ أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا, وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِيْ الْبُنْيَانِ, ثم اَنْطَلَقَ, فَلَبِثْتُ مَلِيًّا, ثُمَّ قَالَ يَا عُمَرُ, أَتَدْرِيْ مَنِ السَّائِل؟ قُلْتُ اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ Suatu ketika, kami para sahabat duduk di dekat Rasululah shallallahu alaihi wa sallam. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan Nabi shallallahu alaihi wa sallam, lalu lututnya disandarkan kepada lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha Nabi shallallahu alaihi wa sallam, kemudian ia berkata “Hai, Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang Islam.” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab,”Islam adalah, engkau bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau telah mampu melakukannya,” lelaki itu berkata,”Engkau benar,” maka kami heran, ia yang bertanya ia pula yang membenarkannya. Kemudian ia bertanya lagi “Beritahukan kepadaku tentang Iman”. Nabi menjawab,”Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikatNya; kitab-kitabNya; para RasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk,” ia berkata, “Engkau benar.” Dia bertanya lagi “Beritahukan kepadaku tentang ihsan”. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menjawab,”Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.” Lelaki itu berkata lagi “Beritahukan kepadaku kapan terjadi Kiamat?” Nabi menjawab,”Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya.” Dia pun bertanya lagi “Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya!” Nabi menjawab,”Jika seorang budak wanita telah melahirkan tuannya; jika engkau melihat orang yang bertelanjang kaki, tanpa memakai baju miskin papa serta pengembala kambing telah saling berlomba dalam mendirikan bangunan megah yang menjulang tinggi.” Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun terdiam, sehingga Nabi bertanya kepadaku “Wahai, Umar! Tahukah engkau, siapa yang bertanya tadi?” Aku menjawab, ”Allah dan RasulNya lebih mengetahui,” Beliau bersabda,”Dia adalah Jibril yang mengajarkan kalian tentang agama kalian.” [HR Muslim, no. 8] Rukun Islam Pertama, bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah subhanahu wa ta’ala. Ada banyak Tuhan, tapi yang berhak disembah hanya Allah subhanahu wa ta’ala saja. Juga bersaksi bahwasannya Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam adalah hamba dan untusanNya. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bukan Tuhan, bukan anak Tuhan. Maka tidak boleh diberikan hak-hak ketuhanan dan pada saat yang sama dia adalah Rasulullah. Dia manusia tapi bukan manusia biasa. Dia adalah manusia pilihan. Dimana orang-orang yang hidup setelah diutusnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam wajib untuk mengikuti beliau. Maka ajaran beliau universal, tidak hanya untuk orang arab. Tapi semua jin dan manusia yang hidup setelah diutusnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam wajib mengimani bahwa beliau adalah Rasulullah. Inilah keyakinan yang ideal yang diajarkan oleh Islam. Tidak merendahkan dan tidak juga menuhankan. Beliau adalah hamba, maka jangna dikultuskan, jangan dipertuhankan. Beliau juga Rasul, maka jangan dihinakan dan direndahkan. Dari rukun yang pertama ini bisa kita simpulkan tentang syarat diterimanya amal kita. Amal kita tidak diterima kecuali dengan ikhlas memberikan ibadah kita hanya untuk Allah subhanahu wa ta’ala saja, ini kembali kepada syahadat yang pertama. Kedua adalah bahwasannya kita harus menjalankan ibadah itu sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, ini kembali kepada syahadat yang kedua. Kedua, menegakkan shalat. Terutama shalat lima waktu yang wajib bagi setiap muslim. Seorang muslim tidak boleh meninggalkannya. Karena jika ditinggalkan akibatnya fatal. Sebagian ulama berpendapat bahwasannya meninggalkan shalat akan mengeluarkan pelakunya dari Islam. Sebagaimana dikatakan oleh Abdullah bin Syaqiq radhiyallahu anhu, “Kami para sahabat tidak melihat ada suatu amalan yang jika ditinggalkan membuat pelakunya kafir kecuali shalat.” Maka berdasarkan hal ini dan juga dalil-dalil yang lain, sebagian dari ulama berpendapat bahwasannya meninggalkan shalat adalah kafir. Ketiga, menunaikan zakat. Bagi yang mampu, hendaknya tidak menunda-nunda dan tidak lari dari kewajiban membayar zakat. Karena itu adalah salah satu kewajiban dan bahwa rukun Islam. Meninggalkannya juga adalah sesuatu yang sangat fatal dalam agama kita. Keempat, menjalankan puasa ramadhan. Puasa ramadhan wajib bagi semuanya yang mampu untuk menjalankannya. Kelima, haji jika mampu datang ke Baitullah. Amalan Islam sangat banyak, tapi yang lima ini adalah yang paling penting. Lima amalan ini merupakan pondasinya yang kalau satu saja hilang, maka hal yang sangat fatal terjadi pada keislaman seseorang. Maka handaknya kita menjadikan kajian ini sebagai pengingat. Jika ada diantara kita yang belum menyelesaikan lima rukun ini hendaknya berusaha untuk menyelesaikannya. Terutama kewajiban-kewajiban yang wajib atas semua orang seperti syahadat, shalat dan puasa. Adapun syahadat dan haji, jika Allah subhanahu wa ta’ala menguji kita dengan kemudahan dalam urusan dunia sehingga kita menjadi orang yang wajib zakat atau wajib haji, maka hendaknya kita juga segera menjalankannya. Dalam potongan hadits yang awal ini, Beliau shallallahu alaihi wa sallam menafsirkan Islam dengan amalan-amalan yang lahir. Hal ini karena Islam memang ditafsirkan dengan amalan-amalan lahir. Adapun amalan-amalan yang batin seperti aqidah, dirangkum dalam rukun iman. Rukun Iman Ketika ditanya tentang iman, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawabnya dengan perkara-perkara batin atau amalan-amalan hati. Yaitu Pertama, beriman kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Yakni beriman bahwa Allah ada, Allah yang menciptakan kita, menciptakan dan mengatur seluruh jagad raya, memberikan kita rezeki, menghidupkan dan mematikan kita. Kemudian karena Allah yang menghidupkan dan mematikan kita, maka tidak ada yang berhak disembah kecuali hanya Dia. Dan kita juga wajib untuk menetapkan bahwa seluruh nama-nama yang sudah Allah tetapkan dalam Al-Qur’an maupun dalam hadits-hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Ini semua bagian dari beriman kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Tidak boleh bagi seorang muslim untuk memberikan ibadah dalam bentuk apapun kepada selain Allah subhanahu wa ta’ala. Tidak boleh bagi seorang mukmin menyembelih untuk selain Allah, atau meminta kesembuhan kepada selain Allah subhanahu wa ta’ala, bersumpah dengan nama selain Allah subhanahu wa ta’ala, ini semua bentuk pengingkaran dan penentangan kepada keimanan yang sudah kita ikrarkan. Bahkan orang-orang Quraisy dahulu mengimani bahwa Tuhan mereka adalah Allah, yang menciptakan mereka adalah Allah, yang memberikan rezeki adalah Allah subhanahu wa ta’ala. Dan ketika mereka menyembah selain Allah subhanahu wa ta’ala, mereka tetap meyakini sesembahan mereka sebagai Tuhan dibawah Allah subhanahu wa ta’ala. Karenanya mereka disebut sebagai kaum Jahiliyah. Mereka tahu bahwa Tuhan yang mereka sembah adalah Tuhan yang tidak bisa memberikan manfaat atau memberikan bahaya, tapi mereka tetap menyembahnya. Maka kalau ada orang yang mengaku muslim namun masih menyembah selain Allah, menyembelih untuk selain Allah, bersumpah dengan nama selain Allah subhanahu wa ta’ala, maka apa bedanya mereka dengan orang-orang Musyrikin pada zaman Jahiliyah. Kedua, beriman kepada malaikat-malaikat Allah subhanahu wa ta’ala. Mengimani bahwasannya Allah memiliki malaikat-malaikat. Mereka adalah hamba-hambaNya yang tidak pernah berbuat maksiat. Mereka mentaati seluruh yang diperintahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dan tidak pernah membangkang. Kemudian mengimani juga berbagai sifat dan keterangan yang diberikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala tentang mereka. Yakni mereka terbuat dari cahaya, bentuk fisik mereka memiliki sayap-sayap, diberikan kemampuan untuk merubah wujud kita. Kita mengimani keberadaan mereka secara global. Kemudian jika ada keterangan dari Allah subhanahu wa ta’ala atau dari Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam tentang mereka, kita juga wajib untuk mengimani dan itu menjadi bagian dari iman kepada hal ghaib. Sebagaimana iman kita kepada Allah merupakan iman kepada yang ghaib. Dan beriman kepada hal-hal yang ghaib adalah sifat orang-orang yang bertakwa. Ketiga, beriman kepada kitab-kitab Allah subhanahu wa ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala telah menurunkan kitab-kitab sebagai pedoman bagi hamba-hambaNya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang beriman, disana ada kebahagiaan mereka. Kita mengimani hal tersebut secara global dan juga mengimani keterangan-keterangan tentang kitab-kitab yang dijelaskan secara lebih terperinci seperti Al-Qur’an, Taurat, Zabur, Injil, atau juga suhuf Nabi Musa dan Nabi Ibrahim. Bagaimana penjelasan selenjutnya? Simak Penjelasan Lengkapnya dan Download mp3 Ceramah Agama Islam Tentang Hadits Arbain Ke 2 – Pengertian Islam, Iman dan Ihsan Podcast Play in new window DownloadSubscribe RSS Mari raih pahala dan kebaikan dengan membagikan tautan ceramah agama ini ke Jejaring Sosial yang Anda miliki seperti Facebook, Twitter, Google+ dan yang lainnya. Semoga Allah Ta’ala membalas kebaikan Anda. Dapatkan informasi dari Radio Rodja 756 AM, melalui Telegram Dapatkan informasi dari Rodja TV, melalui Facebook Pencarian penjelasan hadits arbain ke 2, syarah hadits arbain ke 2, hadits arbain ke 2 latin, hadits arbain ke 2 arab, ihsan hadits arbain ke 2, iman hadits arbain ke 2, islam arbain ke 2 latin, jelas arbain ke 2 arab, penjelasan hadits arbain ke 2, syarah hadits arbain ke 2, hadits arbain ke 2 latin
Kajian Arbain An Nawawi Hadist ke-02 Islam, Iman dan Ihsan عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً قَالَ صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ . قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ أَنْ تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ، ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ يَا عُمَرَ أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلِ ؟ قُلْتُ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمَ . قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتـَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam seraya berkata “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah Tuhan yang disembah selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia berkata “ anda benar“. Kemudian dia berkata lagi “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata “ Beritahukan aku tentang hari kiamat kapan kejadiannya”. Beliau bersabda “ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya “. Dia berkata “ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, kemudian berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau Rasulullah bertanya “ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. aku berkata “ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda “ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian bermaksud mengajarkan agama kalian“ [HR Muslim, no. 8] Faidah Disunnahkan untuk memperhatikan kondisi pakaian, penampilan dan kebersihan, khususnya jika menghadapi ulama, orang-orang mulia dan penguasa. Siapa yang menghadiri majlis ilmu dan menangkap bahwa orang–orang yang hadir butuh untuk mengetahui suatu masalah dan tidak ada seorangpun yang bertanya, maka wajib baginya bertanya tentang hal tersebut meskipun dia mengetahuinya agar peserta yang hadir dapat mengambil manfaat darinya. Jika seseorang yang ditanya tentang sesuatu maka tidak ada cela baginya untuk berkata “Saya tidak tahu“, dan hal tersebut tidak mengurangi kedudukannya. Kemungkinan malaikat tampil dalam wujud manusia. Termasuk tanda hari kiamat adalah banyaknya pembangkangan terhadap kedua orang tua. Sehingga anak-anak memperlakukan kedua orang tuanya sebagaimana seorang tuan memperlakukan hambanya. Tidak disukainya mendirikan bangunan yang tinggi dan membaguskannya sepanjang tidak ada kebutuhan. Didalamnya terdapat dalil bahwa perkara ghaib tidak ada yang mengetahuinya selain Allah ta’ala. Didalamnya terdapat keterangan tentang adab dan cara duduk dalam majlis ilmu. Hadits ini disebut Ummu As-Sunnah, induknya Islam sebagaimana kata Imam Al-Qurthubi. Islam dan iman itu berbeda. Ini masuk dalam kaedah idza ijtama’a iftaroqo, wa idza iftaroqo ijtama’a, jika disebut bersamaan maksudnya berbeda, jika disebut berbeda tempat, maka maksudnya sama. Yang dimaksud Islam adalah amalan lahiriyah, sedangkan Iman adalah amalan batin. Tingkatan paling tinggi seorang hamba berinteraksi dengan Allah disebut Ihsan. Ihsan ada dua tingkatan a tingkatan thalab berharap, yaitu engkau beribadah kepada Allah, seakan-akan engkau melihat-Nya; b tingkatan harb takut, yaitu ingatlah Allah melihatmu. Tingkatan thalab lebih tinggi dari tingkatan harb. Yang rugi adalah jika tingkatan thalab dan harb tidak bisa dicapai. Malaikat bisa berada dalam bentuk manusia. Hendaklah berakhlak yang baik ketika berada di hadapan guru yang mengajarkan ilmu. Kiamat punya tanda-tanda dan yang mengetahui kapan datangnya kiamat hanyalah Allah. Di antara maksud seorang budak melahirkan majikannya adalah banyaknya bentuk kedurhakaan anak pada orang tuanya, sampai-sampai anak memperlakukan ibunya layaknya pembantu. Sekarang ini sudah bisa kita saksikan, dan banyak terjadi. Karenanya hati-hatilah kita jangan sampai kita menjadi bagian dari tanda-tanda kiamat. Materi Kajian Arbain An-Nawawi Pemateri Ustadz Al-Fiqhy, Lc. Tempat Masjid Besar Kaum Ujung Berung Bandung Waktu 09 November 2019 Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan share konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه "Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” HR. Muslim no. 1893
hadits arbain tentang iman